Aku merupa nikotin yang berpeluh candu, menarik dirimu dalam rindu, untukku.
Malamku gamang, hanya gelisah yang terlihat terang. Dimanakah riang? Apa ia menghilang tertelan habisnya siang?
Hei malam, berbaiklah.. sajikan aku tarian bintang, pendar sempurna sang bulan. Hiburlah aku, sakit sedang menderaku.
Apakah kamu yg tersesat? Ataukah aku yg keliru mengambil arah? Bahkan di persimpangan pun, kita tdk juga bertemu.
Jika kau tak mau mengenangku sebagai orang yang selalu membuatmu tersenyum--cukuplah bagiku kau kenang sebagai orang yang selalu tersenyum.
Sejak kapan kau beri syarat aku hanya boleh merindumu malam hari? Jangan siksa aku dgn aturan seperti itu.
Jika tentangmu adalah sajak tak berkesudahan, maka aku adalah tangan yang mengabadikanmu pada kertas tak bergaris
Pernahkah kau disiksa ingatan yang payah? Saat hendak mengingat nama seseorang yang pernah sangat kau cintai, misalnya. Mungkin belum!
Dengan alasan berbeda dua orang di tempat terpisah itu menangis. Satu sebab sedih, satu sebab bahagia. Mereka pernah saling mencintai.
Air mata sangat mencintai orang yang kau cintai, sebab dialah yang kelak membuatnya lahir dan mengalir.