ketika "me-time" itu datang, saya sadar, saya masih belum percaya pada konsep hubungan yang macam itu. lantas?

rasanya kok ya cuma jadi semacam alat tukar? supaya ada tenang yang di sini dan di sebelah sana. tidak tanya yang melakoninya bagaimana?

selingkuh itu apa? tidur bareng orang lain saat sudah punya pasangan?

saya kecewa, iya. sama diri sendiri. kenapa memutuskan secepat itu sementara belum tertanggung konsekuensinya.

astaga teman, kalau nikah itu cuma soal kata-kata "aku sayang kamu" yang berlaku vice versa, alangkah ringannya!

iya, itu rutinitas [dungu] saya setiap sore: menunggu namanya muncul di layar ponsel.

teman sembilan senti itu cuma sugesti, katanya. ya biarlah, kalau itu berguna buat saya, dan tidak merugikan anda.

pengen bunuh orang, boleh nggak sih? cuma pengen kok, bukan akan.

saya mencintai pagi ini, segelas kopi yang baru saya seduh, dan orang yang membuat saya tersenyum menikmati keduanya.

kenapa harus membiarkan mimpi buruk itu menyetir harimu, sayang? bangunlah, kenyataan jauh lebih ringan daripada mimpi burukmu